MTA KOTA TANGERANG»
TAUSYIAH
»
Berbakti Kepada Kedua Orang Tua 1
Berbakti Kepada Kedua Orang Tua 1
Posted by Pemuda MTA Kota Tangerang Jumat, 31 Oktober 2014 |
TAUSYIAH
Berbakti
kepada Kedua Orang Tua(1)
Dalil-dalil
Qur’an
Allah SWT mewajibkan kepada kita
untuk berbhakti kepada kedua orang tua, setelah Allah SWT memerintahkan kepada
kita supaya menyembah kepada-Nya serta tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun.
Firman Allah SWT :
وَ اعْبُدُوا اللهَ وَ لاَ تُشْرِكُوْا بِه
شَيْئًا، وَّ بِاْلوالِدَيْنِ اِحْسَانًا. النساء:36
Sembahlah Allah dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua
orang ibu bapak.[An-Nisaa'
: 36]
وَ قَضى رَبُّكَ اَلاَّ تَعْبُدُوْآ اِلاَّ
اِيَّاهُ وَ بِاْلوالِدَيْنِ اِحْسَانًا، اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرَ
اَحَدُهُمَا اَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَّـهُمَا اُفّ وَّ لاَ تَنْهَرْ هُمَا
وَ قُلْ لَّـهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا. وَ اخْفِضْ لَـهُمَا جَنَاحَ الذُّلّ مِنَ
الرَّحْمَةِ وَ قُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا.
الاسراء:23-24
Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah : "Wahai Tuhanku, kasihanilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". [Al-Israa' : 23-24]
وَ وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوالِدَيْهِ
حُسْنًا، وَ اِنْ جَاهَدَاكَ لَتُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلاَ
تُطِعْهُمَآ، اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَـبّـئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ.
العنكبوت:8
Dan Kami wajibkan manusia
(berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kembalimu,
lalu Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.[Al-Ankabuut : 8]
وَ وَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ
بِوالِدَيْهِ اِحْسَانًا، حَمَلَتْهُ اُمُّه كُرْهًا وَّ وَضَعَتْهُ كُرْهًا، وَّ
حَمْلُه وَ فِصَالُه ثَـلـثُـوْنَ شَهْرًا. الاحقاف:15
Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya
dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya
sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. [Al-Ahqaaf : 15]
وَ وَصَّيْنَا
اْلاِنْسَانَ بِوالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ اُمُّه وَهْنًا عَلى وَهْنٍ وَّ فِصلُه فِيْ
عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَ لِوالِدَيْكَ، اِلَيَّ اْلمَصِيْرُ. وَ اِنْ
جَاهَدَاكَ عَلى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلاَ
تُطِعْهُمَا، وَ صَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا، وَ اتَّبِعْ سَبِيْلَ
مَنْ اَنَابَ اِلَيَّ، ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُوْنَ. لقمان:14-15
Dan Kami washiyatkan kepada manusia
(agar berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah
kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya, dan bergaullah dengan keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu,
maka Ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [Luqman : 14-15]
Allah SWT menjadikan kedua orang tua
kita sebagai perantara lahirnya kita di dunia ini, maka betapa besar jasa
keduanya kepada kita, dan bagaimanapun juga kita tidak akan bisa membalas jasa
keduanya.
Rasulullah SAW pernah ditanya
oleh seseorang sebagaimana hadits berikut :
اَنَّ رَجُلاً اَتَى اِلَى النَّبِيِّ ص
فَقَالَ: اِنَّ لِىْ اُمًّا، اَنَا مَطِيَّتُهَا اُقْعِدُهَا عَلَى ظَهْرِى وَ لاَ
اَصْرِفُ عَنْهَا وَ جْهِى وَ اَرُدُّ اِلَيْهَا كَسْبِى، فَهَلْ جَزَيْتُهَا؟
قَالَ: لاَ، وَ لاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ. قَالَ: وَ لِمَ؟ قَالَ: ِلاَنـَّهَا
كَانَتْ تَخْدُمُكَ وَ هِيَ تُحِبُّ حَـيَاتَكَ. وَ اَنْتَ تَخْدُمُهَا تُحِبُّ
مَوْتَهَا. ابو الحسن الماوردى
Sesungguhnya ada seorang laki-laki
datang kepada Nabi SAW, lalu bertanya : "Sesungguhnya saya mempunyai
seorang ibu, saya menggendongnya di punggung saya, saya tidak pernah bermuka
masam kepadanya, dan saya serahkan kepadanya hasil pencaharian saya, apakah
yang demikian itu saya telah membalas budinya ?". Rasulullah SAW bersabda
: "Belum, walau satu tarikan nafas panjangnya". Orang itu bertanya
pula : "Mengapa demikian ya Rasulullah ?". Jawab beliau :
"Karena ibumu memelihara kamu dengan berharap agar kamu panjang umur,
sedangkan kamu memeliharanya itu dengan berharap ia lekas mati". [HR. Abul Hasan Al-Mawardi]
Dan Rasulullah SAW juga
pernah ditanya :
يَا رَسُوْلَ
اللهِ مَنْ اَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِى؟ قَالَ: اُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ
مَنْ؟ قَالَ: اُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: اُمُّكَ. ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ:
اَبُوْكَ. البخارى و مسلم
"Ya Rasulullah, siapakah
orang yang lebih berhaq saya santuni dengan baik ?". Rasulullah SAW
bersabda : "Ibumu". Laki-laki itu bertanya lagi : "Kemudian
siapa ?". Beliau menjawab : "Ibumu". Laki-laki itu bertanya lagi
: "Kemudian siapa ?". Beliau menjawab : "Ibumu". Laki-laki
itu bertanya lagi : "Kemudian siapa ?". Jawab beliau :
"Bapakmu".[HR. Bukhari dan Muslim]
Walaupun di dalam hadits tersebut
disebutkan "Ibumu" sampai tiga kali, kemudian baru
"Bapakmu", hanya satu kali, ini tidak berarti ibu itu harus lebih
diistimewakan daripada bapak. Bisa juga Nabi SAW menjawab demikian itu karena
melihat kepada kejiwaan orang yang bertanya tadi, ia kurang memperhatikan
kepada ibunya, maka oleh Nabi SAW ia dinasehati agar berbhakti kepada ibunya
hingga tiga kali, baru kemudian kepada bapaknya, sebagaimana Nabi SAW juga
pernah ditanya oleh seseorang : "Amal apakah yang paling baik dalam
Islam, ya Rasulullah ?". Jawab beliau : "Jangan marah".
Di lain waktu Rasulullah SAW juga
ditanya dengan pertanyaan yang sama oleh orang lain, "Amal apa yang
paling baik dalam Islam, ya Rasulullah ?". Jawab beliau : "Katakanlah
~Saya beriman kepada Allah~, kemudian istiqamahlah".
Dari dua jawaban Nabi SAW tersebut
bukan berarti Nabi SAW tidak tetap dalam menjawab, tetapi Nabi SAW dalam
menjawabnya melihat kepada kejiwaan siapa yang dihadapinya itu, sehingga si
pemarah dinasehati untuk menahan marahnya, dan orang yang kurang kuat
pendiriannya diberi nasehat agar memperkuat keimanannya dan beristiqamah.
Dan terbukti di dalam
ayat-ayat Al-Qur'an selalu disebutkan :
وَ بِاْلوالِدَيْنِ
اِحْسَانًا
"dan hendaklah berbhakti
kepada kedua orang tua", tanpa membedakan antara ayah dan ibu.
Dan lagi pula walaupun yang
mengandung dan menyusui itu adalah ibu, namun ayah tidaklah kalah berat
tanggungjawabnya, melihat orang laki-laki itu sebagai pemimpin bagi kaum wanita
dan keluarganya, sebagaimana firman Allah SWT :
اَلرّجَالُ قَـوَّامُوْنَ عَلَى النّسَآءِ
بِمَا فَضَّلَ اللهُ بَعْضَهُمْ عَلى بَعْضٍ وَّ بِمَا اَنْفَقُوْا مِنْ
اَمْوَالِـهِمْ. النسآء:34
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin
bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian
yang lain dan karena laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka [An-Nisaa' : 34]
Allah SWT berfirman :
قُوْا اَنْفُسَكُمْ وَ اَهْلِيْكُمْ نَارًا
.... peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka ..... [Tahrim : 6]
Ayat-ayat tersebut, menunjukkan
bahwa seorang laki-laki adalah bertanggung-jawab dalam memimpin dan mengarahkan
istri dan anak-anaknya, oleh karena itu kewajiban berbhakti seorang anak kepada
ayah maupun ibunya adalah sejajar.
Dalil-dalil
Hadits
Kita wajib berbhakti kepada
kedua orang tua kita, meskipun kedua orang tua kita belum mau masuk Islam,
sebagaimana riwayat berikut :
عَنْ اَسْمَاءَ بِنْتِ اَبِى بَكْرٍ رض
قَالَتْ: قَدِمَتْ عَلَيَّ اُمِّى وَ هِيَ مُشْرِكَةٌ فِى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص
فَاسْتَـفْـتَـيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص. قُلْتُ: اِنَّ اُمِّى قَدِمَتْ رَاغِبَةً
(اَىْ طَامِعَةً فِيْمَا عِنْدِى مِنْ بِرٍّ) اَ فَاَصِلُ اُمِّى؟ قَالَ: نَعَمْ،
صِلِى اُمَّكِ. فَأَنْزَلَ اللهُ: لاَ يَنْهَا كُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ
يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدّيْنِ وَ لَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ
تَبَرُّوْهُمْ وَ تُقْسِطُوْا اِلَيْهِمْ، اِنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُقْسِطِيْنَ.
البخارى و مسلم و ابو داود و البيهقى
Dari Asma' binti Abu Bakar RA, ia
berkata : "Ibuku datang kepadaku sedang dia itu masih musyrik pada masa
Nabi SAW masih hidup. Lalu saya meminta pertimbangan atau fatwa kepada
Rasulullah SAW, ~Sesungguhnya ibuku datang kepadaku dengan mengharapkan
kebhaktianku kepadanya~. Maka apakah aku boleh berbuat baik kepadanya ?".
Beliau SAW bersabda : "Ya, tetaplah kamu menghubungi dan berbuat baik
kepadanya".
Kemudian Allah menurunkan ayat (yang artinya) "Allah tidak melarang
kepadamu untuk berbuat baik dan berlaku adil dengan orang-orang yang tidak
memerangi kamu sebab agama, dan tidak mengusir kamu dari kampungmu.
Sesungguhnya Allah itu senang kepada orang-orang yang berlaku adil".
(Al-Mumtahanah : 8). [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Baihaqi]
Apabila kedua orang tua sudah
meninggal dunia, anak pun masih bisa berbhakti kepada keduanya dengan jalan
mendoakan dan memohonkan ampun untuk keduanya, apabila kedua orang tuanya itu
muslim (orang Islam), sebagaimana riwayat berikut ini :
عَنْ اَبِى اُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيْعَةَ
السَّاعِدِيِّ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص اِذْ
جَاءَ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلَمَةَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هَلْ بَقِيَ مِنْ
بِرِّ اَبَوَيَّ شَيْءٌ اَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا؟ قَالَ: نَعَمْ.
اَلصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا، وَ اْلاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَ اِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا
مِنْ بَعْدِهِمَا، وَ صِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوْصَلُ اِلاَّ بِهِمَا وَ
اِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا. ابو داود و ابن ماجه و ابن حبان فى حديث صحيحه
Dari Abu Usaid Malik bin
Rabi'ah As-Sa'idi, ia berkata : Pada suatu waktu kami duduk di samping
Rasulullah SAW, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari Bani Salamah, lalu
bertanya : "Ya Rasulullah, apakah masih ada kesempatan berbhakti kepada
kedua orang tua saya yang bisa saya lakukan sesudah keduanya meninggal dunia
?". Beliau SAW menjawab : "Ya, masih ada. Yaitu menshalatkannya,
memohonkan ampunan bagi mereka berdua, menyempurnakan (melaksanakan)
janji-janjinya sesudah mereka meninggal dunia, menyambung persaudaraan yang
kamu tidak menyambungnya kecuali melalui keduanya, dan memulyakan shahabat-shahabat
keduanya".
[HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban di dalam hadits shahihnya]
عَنْ اَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ اْلعَبْدَ لَيَمُوْتُ
وَالِدَاهُ اَوْ اَحَدُهُمَا وَ اِنَّهُ لَهُمَا لَعَاقٌّ فَلاَ يَزَالُ يَدْعُوْ
لَهُمَا وَ يَسْتَغْفِرُ لَـهُمَا حَتَّى يَكْـتُـبَهُ اللهُ بَارًّا. البيهقى فى
شعاب الايمان
Dari Anas bin Malik RA, bahwa
Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya ada seseorang hamba yang
ibu-bapaknya telah meninggal dunia atau salah satunya, hamba itu (dahulunya)
durhaka dan tidak berbhakti kepadanya. Lalu ia selalu mendoakan kebaikan kepada
ibu-bapaknya dan selalu memohonkan ampunan bagi mereka berdua, sehingga Allah
mencatatnya sebagai orang yang berbhakti". [HR Baihaqi di dalam
Syu'abul Iman]
عَنْ مَالِكِ
بْنِ زُرَارَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِسْتِغْفَارُ اْلوَلَدِ
ِلاَبِيْهِ مِنْ بَعْدِ اْلمَوْتِ مِنَ اْلبِرِّ. ابن النجار.
Dari Malik bin Zurarah RA, ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Permohonan ampunan dari anak untuk
orang tuanya sesudah meninggalnya adalah termasuk berbhakti". [HR. Ibnu Najjar]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ ص اِذَا مَاتَ اْلاِنـْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ.
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُـنْـتَـفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ
لَهُ. البخارى و مسلم و ابو داود
Dari Ibnu Umar RA, ia berkata
: Rasulullah SAW bersabda : "Apabila manusia itu meninggal dunia, maka
terputuslah amal-amalnya kecuali tiga hal. Sedekah jariyah, atau ilmu yang
dimanfaatkan orang, atau anak shalih yang mendoakannya". [HR. Bukhari dan Abu Dawud]
عَنِ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
ص قَالَ: اِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ اِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ.
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُـنْـتَـفَعُ بِهِ اَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ
لَهُ. مسلم
Dari Abu Hurairah bahwasanya
Rasulullah SAW telah bersabda : "Apabila anak Adam itu meninggal dunia,
maka terputuslah amal-amalnya kecuali tiga hal. Sedekah jariyah, atau ilmu yang
dimanfaatkan orang, atau anak shalih yang mendoakannya". [HR. Muslim]
Artikel Popular
-
Dipost Tanggal : 27 February 2018 | Oleh : AgusRiyanto TANGERANG - Pemuda MTA nampak antusias mendengarkan pengarahan dan tausiyah ke...
-
Assalamualaikum, , Aktifitas perdana pemuda MTA Tangerang dalam menyikapi tentang kajian internet yang sehat, dalam hal ini kami mengajak k...
-
Pemuda MTA Tangerang telah sukses menyelenggarakan latihan futsal dengan Pemuda MTA Pasar Kemis, kegiatan yang dilaksanakan pada ahad 14 s...
-
Bangsa Indonesia patut bersyukur dengan semboyan yang dipegang oleh Burung Garuda Pancasila yakni Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan t...
Tidak ada komentar: