MTA KOTA TANGERANG»
TAUSYIAH
»
Islam Itu Sandarannya Kepada Qur’an dan Sunnah, Bukan Ajaran yang Bersumber dari Tokoh
Islam Itu Sandarannya Kepada Qur’an dan Sunnah, Bukan Ajaran yang Bersumber dari Tokoh
Posted by Pemuda MTA Kota Tangerang Minggu, 14 September 2014 |
TAUSYIAH
Adanya tuduhan sebagai aliran Muta’zilah oleh pihak yang
tidak suka kepada MTA sesungguhnya tak lebih dari sikap dengki atau ketidakmengertiannya
terhadap majelis ilmu ini.
ereka lebih memilih menjadi pengamat keberagamaan dari pada
masuk dan memeluk agama dengan seyakin –yakinnya.Artinya sikap yang hanya
mengamati tanpa yakini hanya akan menlahirkan hati yang keras terhadap suatu
perbedaaan pemahaman.
Dan penggolongan MTA kedalam Muta’ziah merupakan perbuatan yang
ngawur , tidak menyenangkan, serta perlu adanya pelurusan agar masyarakat tidak
menjadi bingung.
Sebagaimana yang menjadi spirit warga ngaji di MTA yakni
ingin kembali kepada pengalaman agama yang murni berdasar Al-Quran Sunnah.
Tentunya semangat ini merupakan wujud pelaksanaan agama sebagai amanat
Rusulullah, yakni agar memegang islam laksana mengigit pakai graham (dengan
kesungguh-sungguhan yang mantab).Pasalnya Nabi
Pernah berkata bahwa untuk selamat dunia akherat harus berpegang kepada
dua perkara yang diwariskan nabi, yakni Qur’an dan Sunnah.Nah agar nilai- nilai
Islam yang murni itu bisa tersampaikan kepada umat Isam yang lain.Maka
dipaerlukan dakwah, dakwah akan kuat mana kala dibarengi dengan jamaah.Tujuan
adanya dakwah tentunya terciptanya wujud pengalaman praktis dalam kehidupan
sehari-hari bagi umat Islam.
Dalam konteks ini jelas bahwa MTA
tidak memiliki ajaran yang dibuat-buat, melainkan bersandar terhadap apa diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW , bukan Muhammad-Muhammad yang lain, bukan pula
golongan-golongan yang lain. Jalan lurus itu jelas mengikuti AL-Qur’an dan
Sunnah. Apa yang dibutuhkan umat itu adalah wujud pengalaman islam secara
praktis, bukan hanya teori-teori yang justru akan menyesatkan dan membingungkan
umat Islam itu sendiri.Sebab berkhayal dengan teori-teori atau pemahaman orang
justru akan sulit untuk menyatukan umat Islam.Bahkan lebih ekstrem lagi, bahaya
mengamati keberagamaan bisa menjadikan seseorang melepas keimanannya, entah
menjadi liberal bahkan kafir.Contohnya banyak, di Program Studi Perbandinga
Agama atau Aqdah Filsafat, tak sedikit orang yang “puyeng” dengan bahasan
materi tersebut justru menjahtukan diri dalam penyimpangan (liberal atau kafir)
Situasi politik / sosiopolitik dan ekspansi wilayah turut mempengaruhui pertumbuhan pemahaman Islam pasca
Nabi
Nah,adanya kaum ( Islam ) yang terpeah-becah menjadi beberapa
golongan tersebut sesungguhnya makin membuktikan bahwa apa yang disampaikan
Nabi segalanya adalah kebenaran, kanera Nabi dibimbing oleh Wahyu dan bersifat
Maksum.Andai ada yang salah dari sikap Nabi, Allah langsung menegur dengan
turunnya Wahyu.
Adanya Mutakzilah
tentu saja merupakan konsekunsi dari kondidi umat Islam yang sangat beragam dan
terjadinya frengmentasi setelah Nabi Wafat.Sejarah kemanusaian dan politik
turut mewarnai kondisi umat Islam pasca Nabi, dimana umat Islam tidak lagi
mendapat bimbingan Wahyu secara langsung tetapi mulai menginteprestasi
Al-Qur’an secara berbeda-beda yang pada gilirannya melahirkan pemahaman yang
berbeda pula, termasuk munculnya aliran Mutakzilah.
Secara umum aliran Mu’tazilah melewati dua fase yang
berbeda.Fase Abbasiyah (100 H – 237 M) dan Fase Bawaihi (334H).Generasi Pertama
mereka hidup dibawah pemerintahan Bani Umayah untuk waktu yang tidak terlalu
lama.Kemudian menemui zaman awal Daulah Abbasyiah dengan aktivitas, gerak, teori, diskusi dan pembelaan terhadap agama,
dalam suasana yang dipenuhi oleh pemikiran baru.Dimulai di Basrah, kemudian di
sini berdiri cabang sampai ke Baghdad.Orang-orang Mu’tazilah Basrah bersikap
hati-hati dalam menghadapi masalah politik, tetapi kelompok Mu’tazilah Baghdad
justru terlibat jauh dalam
politik.Mereka ambil bagian dalam menyulut dan mengobarkan api inquisisi bahwa
“Al-Qur’an adalah makhluk”.
Memang pada awalnya Mu’tazilah menghabiskan waktu sekitar dua
abad untuk tidak mendukung sikap bermazhad, mengutamakan sikap netral dalam pendapat dan tindakan.Konon ini merupakan
salah satu sebab mengapa mereka disebut Mu’tazilah.Mu’tazilah tidak mengisolir
diri dalam menanggapi problematika
imamah –sebaga i sumber perpecahan pertama-tetapi mengambil sikap tengah dengan
mengajukan teori “al manzilah bainal
manzilatain”.
Semua aliran dalam teologi Islam, baik Asy’ariah, Maturidiah,
apalagi Mu’tazilah sama-sama mempergunakal akal dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan teologi yang timbul dikalangan umat Islam.Perbedaan yang
terdapat antara aliran-aliran itu ialah dalam derajat kekuatan yang diberikan
kepada akal.Kalau Mu’tazilah berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang kuat, Asy’ariah
sebaliknya berpendapat bahwa akal
menpunyai daya yang lemah.
Semu aliran itu berpegang kepada Wahyu, dalam hal ini
perbedaan yang terdapat antara aliran-aliran itu hanyalah perbedaan dalam
interprestasi mengenai teks ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist.Perbedaan dalam
interprestasi inilah yang kemudian menimbulkan aliran-aliran yang berlainan
dalam kalangan umat Islam seperti yang tersebut diatas.Mu’tazilah mempunyai lma
ajaran dasar, seperti Ke-Esaan Tuhan, Keadilan dan sebagainya.Perintah berbuat
baik dan larangan berbuat jahat, diangap sebagai kewajiban bukan oleh kaum
Mu’tazilah saja, tetapi oleh golongan-golongan umat Islam lainnya.
Aliran kaum Mu’tazilah bagi sebagian umat Islam dipandang
sebagai aliran yang menyimpang dari ajaran Islam, dan dengan demikian tak
disenangi oleh sebagian umat Isalm, terutama di Indonesia.Pandangan demikian
timbul karena kaum Mu’tazilah dianggap tidak percaya kepada Wahyu dan hanya
mengakui kebenaran yang diperoleh
rasio.Namun, sebagaimana diketahui dalam bahasan akademis, kaum Mu’tazilah
tidak hanya memakai argumen rasional, tetapi juga memakai ayat-ayat Al-Qur’an
dan hadist untuk menahan pendirian mereka.(dw)
Artikel Popular
-
Dipost Tanggal : 27 February 2018 | Oleh : AgusRiyanto TANGERANG - Pemuda MTA nampak antusias mendengarkan pengarahan dan tausiyah ke...
-
Kisah tentang santunnya perilaku Rasulullah Muhammad SAW selalu saja mengharu biru, inspiratif, dan selalu relevan sepanjang zaman. Sika...
-
Assalamualaikum, , Aktifitas perdana pemuda MTA Tangerang dalam menyikapi tentang kajian internet yang sehat, dalam hal ini kami mengajak k...
-
Pemuda MTA Tangerang telah sukses menyelenggarakan latihan futsal dengan Pemuda MTA Pasar Kemis, kegiatan yang dilaksanakan pada ahad 14 s...
-
Bangsa Indonesia patut bersyukur dengan semboyan yang dipegang oleh Burung Garuda Pancasila yakni Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan t...
Tidak ada komentar: